Selasa, 22 Februari 2011

Nelayan Beralih Profesi Jadi Pemburu Batu Bara



ABDUL Rohim (37) sudah tak berminat lagi menjadi seorang nelayan. Padahal, semasa remajanya, ia tak pernah lepas dari perahu dan jaring. Bahkan, hampir setiap siang dan malam ia berada di tengah-tengah laut untuk memburu kakap merah, bawal, teri nasi, dan ikan laut lainnya.
Akan tetapi, kini lelaki yang tinggal di Kampung Pesisir, Kota Cirebon itu memutuskan untuk beralih menjadi seorang "GERANDONG" di Dermaga Pelabuhan Cirebon. Pekerjaan barunya itu sangat berdekatan dengan maut. Pasalnya, ia harus rela berjam-jam menyelam untuk meraup sisa-sisa batu bara yang jatuh berserakan dari kapal tongkang di dasar laut, yang dalamnya sekitar tujuh meter.
"Ini sudah risiko saya. Menjadi nelayan sudah tidak bisa diandalkan. Karena saat ini mencari ikan itu sangat sulit. Entah apa karena lautnya sudah tidak ada ikannya, atau karena apa. Makanya, saya berhenti jadi nelayan," tutur lelaki yang memiliki tiga putra itu.
Memburu batu bara di dasar laut sudah ia lakoni selama dua tahun. Alat selam yang dia gunakan sangat tradisional. Ia menggunakan kompresor sebagai alat bantu pernapasan dan kacamata standar untuk menyelam. Sementara telinganya tak diberi penutup. Dengan alat sederhana dan cukup berbahaya, Abdul Rohim minimal empat kali dan maksimal tujuh kali menyelam dalam satu hari. Di saat Abdul Rohim menyelam, rekannya. Nanang (28) bertugas menarik ember yang diisi sisa-sisa batu bara oleh Abdul Rohim dari dasar laut. Sekali menyelam sekitar sepuluh karung batu bara atau 150 kilogram dapat ia kumpulkan.
Kepingan batu bara itu ia jual ke pengepul dengan harga Rp 4.000 per kilogram. Jika sehari ia mendapatkan empat puluh karung maka uang yang ia terima Rp 120.000. "Itu pun dibagi tiga, buat saya, Nanang dan pemilik kompresor. Akan tetapi, kalau tongkang selesai bongkaran bisa mencapai 600 karung per hari," tutur Abdul Rohim. memang harganya memang tidak sebanding, tapi mau bagaimana lagi Abdul Rohim telah mencintai pekerjaannya sebagai GERANDONG.

0 komentar:

Posting Komentar